-->
Menu
/

www.MomsInstitute.com - Kisah detektif anak-anak selalu menarik dan bikin penasaran. Setuju? Seperti buku Detektif Cilik ini banyak sekali teka-teki yang harus segera dipecahkan dan mencari solusi. Yuk ajak si kecil mengasah instingnya dan menjadi petualang cilik yang pemberani. 


Review Buku Detektif Cilik 


Misteri Surat Kaleng
Karya : Tety Astuti


Vani tertegun kebingungan ketika menarik tas dari laci meja. Di sana, tiba-tiba ada secarik surat ikut tertarik bersamaan. Ini surat siapa, sih? Kok tergeletak di laci mejaku, ya? batinnya karena sebuah surat bersampul pink itu tanpa nama.
“Ah, bodo ah, mikirin PR saja sudah membuatku garuk kepala seharian,” gumamnya kembali berkutat dengan PR dan mengabaikan surat pink tadi.
“Mil, kok nggak bilang sih, kalau ada PR Matematika sebanyak ini?” sungut Vani pada teman sebangkunya Mila.
“Lah, aku ‘kan udah SMS lewat mamamu. Apa mamamu nggak menyampaikan?” Mila menyanggah dan menatap teman sebangkunya itu dengan penuh keheranan.
“Ah, iya. Kemarin aku memang izin tidak sekolah, dikarenakan ada acara pernikahan sepupu. Kami pulang larut dan tanpa menyadari kalau HP mama ngedrop. Boro-boro mengecek SMS, bahkan sampai pagi tadi HP itu belum sempat di-charger,” ujar Vani terkekeh, menyadari jika memang seharian kemarin cukup sibuk.


Ke Mana Ayam Jojo?
Karya : Tri Gunarsih


Setiap pagi terdengar kokok ayam jantan bersahutan dari belakang rumah Jojo. Ya, Jojo memang mempunyai hobi memelihara ayam. Hobi tersebut ditekuninya sejak setahun yang lalu. Ayam yang ia miliki cukup banyak. Ayam jantannya ada empat ekor, ayam betina delapan ekor, ada juga ayam yang baru menetas berjumlah sembilan ekor. Semua ayamnya tinggal di kandang yang ia buat sendiri di belakang rumah. 
Setiap pagi, selesai salat Subuh, Jojo selalu memberi makan ayam-ayamnya. Ia menyediakan adonan dari dedak, jagung, nasi sisa, konsentrat, dan air panas untuk sarapan para ayam dewasa. Untuk ayam yang baru menetas hanya ia beri konsentrat kering saja karena baru belajar makan. Setiap sore, ia juga melakukan hal yang sama. Seminggu sekali, Jojo selalu membersihkan kandang dari kotoran yang sudah menumpuk sehingga kandang ayamnya selalu bersih. Tidak heran kalau ayam Jojo gemuk dan sehat.


Kucingku Belang Tiga
Oleh : Winni Restuliani


Tiga gadis cilik kakak beradik itu bernama Zafina, Zulfa dan Zhian. Mulai dari Zafina berusia 9 tahun kelas empat SD, Zulfa berusia 8 tahun kelas tiga SD, dan Zhian berusia 3 tahun. Zafina berkulit sawo matang, hidung mancung, anaknya pemalu. Zulfa berkulit putih dan beralis tebal, sangat pemberani, sedangkan Zhian berambut ikal dan berbulu mata lentik, sedikit manja. 
Mereka memiliki kucing berwarna kuning belang tiga. Kucing mereka diberi nama ‘Rounders’. Nama Rounders berasal dari ayah yang suka olahraga kasti sehingga kucing belangnya diberi nama seperti itu. Rounders sangat lucu, menggemaskan, dan bulunya yang halus serta lembut ketika dielus.
Kami selalu bermain dengan Rounders. Diajak jalan-jalan ke taman, digendong-gendong manja, apalagi Zafina menggendong Rounders setiap saat. Permainan favorit Rounders adalah main pita warna. Kucing itu akan terlihat lincah dan cekatan saat pita warna ditunjukkan Zulfa. Selain bermain, mereka bertiga selalu memberi makan secara bergiliran. Zafina bagian pagi hari dan Zulfa sore hari. Makanan Rounders beragam, kadang diberi makanan kemasan atau ikan yang dicampur nasi. Rounders sangat suka makan sehingga tubuhnya gemuk dan sehat. 


Benang Kusut Ibu
Oleh : Ana Susanti


Ibu Suu adalah seorang penjahit. Ia pandai menjahit berbagai ukuran baju dengan berbagai model. Ia memiliki seorang anak laki-laki bernama Toni yang menyukai kucing. Oleh sebab itu, di rumah Bu Suu, ada dua ekor kucing kecil yang lucu. Kucing yang berwarna hitam diberi nama Iteng dan yang berwarna abu-abu diberi nama Bubu. 
Pada suatu pagi yang cerah, Ibu Suu sedang membersihkan sebuah mesin jahit hitam di dekat sebuah jendela besar. Jendela itu berkaca transparan, sehingga dapat dilihat baik oleh orang yang di dalam maupun yang berada di luar ruangan tersebut. 

Sesekali Ibu Suu menyemprotkan cairan dari sebuah botol, lalu digosoklah mesin tersebut sampai terlihat mengilap. Begitu pula dengan kaca besarnya. Usai itu, Bu Suu mengambil sebuah sapu dan membersihkan lantai ruangan yang berwarna hijau. 

Saat membersihkan, Bu Suu melihat beberapa benang yang kusut tergeletak di bawah kaki meja mesin jahitnya. 
“Ini aneh. Kenapa setiap pagi selalu kutemukan benang-benang kusut ini?” gumamnya keheranan, kemudian mengambil benang-benang tersebut dan memperbaikinya. Bu Suu menggunting benang-benang yang telah kusut, sedangkan benang yang baik dan bagus disimpan.


Hilangnya Susu Kotak Tasya
Oleh : Emme Nia


Seperti biasa, Tasya berangkat sekolah dengan penuh semangat. Ia pun telah menyiapkan semua perlengkapan sekolahnya malam hari sebelum tidur. Termasuk susu kotak kesukaannya, tak lupa ia masukkan pula ke dalam tas. Gadis kelas 4 SD itu selalu ingat pesan ibunya bahwa jika ingin tubuhnya kuat, ia harus rajin minum susu.

Namun, alangkah terkejutnya Tasya saat jam istirahat karena tak menemukan susu kotak tersebut di dalam tasnya. 
“Duh … ada di mana ya, susu kotakku?” Tasya keheranan sambil terus memeriksa tasnya.

“Mungkin susu itu jatuh di kolong meja.” Amel, teman sebangku Tasya membantu mencarikan. “Di sini juga tidak ada,” ujar Amel setelah memeriksa kolong meja dan kursi.
“Ah, begitu. Terus, susunya di mana?” Tasya memandang Amel keheranan.
“Jangan-jangan susu itu masih tertinggal di rumahmu, Tasya?” selidik Amel.
“Tidak. Aku yakin sudah memasukkannya ke tas tadi malam.” Tasya kemudian berpikir sejenak. Lalu ia menemukan ide. “Ah … mungkin susu kotak itu jatuh di jalan saat perjalanan ke sekolah tadi.”
***


Si Putih Raib
Oleh : Istinganatul Khairiyah


Luna menghabiskan satu gelas air jeruk dingin karena cuaca memang sangat panas. Sekarang beralih pada menu sop kacang merah pun dilahap habis tak tersisa. 
“Terima kasih, Ibu. Makanan Ibu sangat enak. Luna kenyang,” kata Luna sambil mengusap perutnya. 
“Ibu senang, Luna menghabiskan makanannya. Nanti sore ibu mau belanja sabun. Luna mau ikut?” ajak ibu dengan tersenyum. 
“Ikut! Luna bantu menulis, ya?” pinta Luna.

“Boleh, tapi kita hanya membeli yang ada di daftar saja, ya,” syarat ibu. Luna mengangguk meskipun sedikit kecewa. Itu tandanya Luna harus benar-benar menahan diri untuk tidak membeli barang yang tidak direncanakan.
Setiap kali berbelanja, ibu selalu menulis apa saja yang akan dibeli dalam daftar belanja. Tujuannya agar tidak ada barang yang terlupa dibeli. Luna pun selalu menawarkan bantuan menulis list daftar belanja. Anak perempuan tujuh tahun ini memang gemar belajar membaca, menulis, dan berhitung. Di sekolah, ibu guru kelas  satu membimbingnya dengan telaten. Bukan hanya di sekolah, di rumah pun Luna akan belajar apa saja. Menulis nama barang yang ada di rumah, menulis anggota keluarga, hingga menulis nama teman-teman. Oleh karena itu, menulis daftar barang belanja sangat menyenangkan.


Nenek pulanglah!
Oleh : Siti Nurlelah


Di sekolah, Nunu mendadak tidak bisa konsentrasi. Pikirannya melayang, teringat akan nenek di rumah. Sesekali ia melihat jendela, kemudian menatap jam dinding yang tergantung di atas papan tulis. Waktu terus berpacu detik demi detik terasa lebih lama. Jam pulang pun masih satu jam lagi. 

Ia kembali menekuri tugas Matematikanya. Tugas yang begitu mudah, tetapi tetap tidak bisa mengerjakan karena jantungnya kian berdetak kencang, berpacu lebih cepat dua kali lipat jika dibandingkan dengan berputarnya detik jam. Duduknya pun sudah mulai tak keruan. Beberapa detik berdiri, duduk, bergeser ke kiri, dan bergeser ke kanan. Dengan pikiran yang terus terbagi antara tugas sekolah dan tugas di rumah.

Anak laki-laki tersebut baru ingat jika sebelum berangkat sekolah ia lupa mengunci pintu. Biasanya, ia selalu memastikan pintu sudah terkunci supaya neneknya tidak ke mana-mana. Jika neneknya hilang, ia akan kerepotan untuk mencarinya karena nenek memang mengalami gangguan jiwa setelah anak tunggalnya yang merupakan Ayah Nunu meninggal dunia.


Coretan Di Dinding Parkir Sekolah
Oleh : Ida Okta Priyandini


“Robi, ayo bangun, salat Subuh dulu sama ayah!” teriak ibu cukup keras. 
“Iya, Bu,” Kata Robi, duduk dan masih memejamkan matanya. Langkahnya terasa amat berat saat menuju ruang ibadah, tetapi setelah berwudu mata ini terbuka seketika.
Hari yang sangat ditunggu, di mana setiap Sabtu ada mata pelajaran olahraga. Sudah dibayangkan akan ada jalan santai bersama Bapak Toto di sekolah. Beliau adalah guru mata pelajaran olahraga di sekolah. Betapa semangatnya Robi pagi ini. 
***


Misteri Hilangnya Krayon Dimas
Oleh : Yuliana Nur Samad


Pagi itu matahari menyapa dengan sinarnya yang hangat. Udara terasa segar setelah diguyur hujan tengah malam tadi. Beberapa daun masih terlihat basah dan suara kicau burung terdengar sayup. Sekolah mulai ramai dengan kedatangan para murid dan hilir mudik kendaraan orang tua yang mengantar. 

Khansa tiba di sekolah pukul setengah tujuh pagi. Itu artinya, dia masih punya sekitar tiga puluh menit sebelum bel sekolah berbunyi. Seperti biasa, setelah menaruh tas di kelas, Khansa keluar menuju lapangan sekolah, bergabung dengan kawan karibnya, Dimas, dan bermain bola bersama. Khansa sangat lincah bermain bola. Sering kali ia terlihat lebih lihai dibanding teman laki-laki yang sebaya dengannya. 

Teett …!
Tepat pukul tujuh, bel sekolah berbunyi. Anak-anak spontan menghentikan segala kegiatan dan mulai berhamburan masuk ke kelas. Setelah meminggirkan bola, Khansa dan Dimas menyusul ke dalam kelas. Mereka adalah siswa kelas 3 SD Cinta Alam.
Bruk! 
Suara barang-barang berjatuhan. Terlihat Dimas menumpahkan seluruh isi tasnya ke atas meja. 
“Ngapain, sih, Dim? Kok ditumpahin semua?” tanya Khansa bingung. Dimas anak yang cukup rapi. Ia paling tidak suka jika barang-barangnya tercecer. Namun, kali ini, Dimas bahkan dengan sengaja menghamburkan isi tasnya hingga memenuhi seluruh permukaan meja. 


Rahasia Moly
Oleh : Irma Mayra


Siang itu, Moly, Sisil, dan Mutia pulang sekolah bersama. Sambil bercerita, mereka berjalan menyusuri kebun-kebun di belakang sekolah. Mereka bertiga selalu melewati jalan ini setiap pulang sekolah. Selain jaraknya yang dekat, jalan ini juga sepi dari kendaraan bermotor sehingga orang tua mereka tidak khawatir.
Tak terasa kaki-kaki kecil itu sudah mendekati Kompleks Perumahan Permata, tempat tinggal mereka. Tiba-tiba terdengar suara anak kucing. Kontan, ketiganya berhenti berjalan, lalu saling berpandangan.

“Kalian dengar suara anak kucing nggak?” tanya Moly.
“Dengar, Mol. Kuping kami masih sehat, lho,” jawab Mutia.
“Sepertinya suara itu berasal dari balik mohon mangga di sana.” Sisil menunjuk pohon yang dimaksudnya.
“Bukan, sepertinya dari balik pohon pisang di sana,” sangkal Mutia, menunjuk pohon berbeda.
“Ayo kita lihat!” ajak Moly.
“Nggak ah, aku takut kucing.” Mutia menggeleng tidak mau. Moly dan Sisil tertawa. Mereka hampir lupa jika sahabatnya takut terhadap hewan berbulu.
“Kalau begitu, kamu tunggu di sini. Aku dan Sisil ingin mencari anak kucing itu,” kata Moly. Sisil yang berdiri di sebelahnya mengangguk, setuju dengan ajakan Moly.
“Eh tunggu, aku ikut, daripada di sini sendirian,” protes Mutia.
“Katanya takut, nanti kalau kucingnya melompat ke arahmu gimana? Jangan-jangan kamu teriak-teriak ketakutan,” ledek Sisil.


Rahasia Jam Tangan Shila
Oleh : Nurul Khamnah


Kriingg …!
Suara jam beker terdengar dari sudut pojok ruangan kamar Shila. Begitulah bunyi setiap hari ketika fajar di timur telah menyingsing. Langit terlihat kuning kemerahan. Kokokan ayam pun terdengar saling bersahutan menyambut datangnya pagi. Matahari mulai menampakkan diri kepada semua penghuni bumi. 

Begitu terbangun, Shila segera bergegas mengambil air wudu. Ayah, ibu, dan Kak Roy sudah menunggu Sila di tempat salat. Mereka memang akan segera melaksanakan salat Subuh berjamaah. Itulah kebiasaan keluarga Shila. Ibu, ayah, Kak Roy, dan Shila adalah anggota keluarga kecil yang bahagia, mereka dari keluarga yang sederhana. Ayah Shila seorang karyawan di sebuah pabrik swasta di Kabupaten Magelang, ibunya hanya ibu rumah tangga, Kak Roy seorang pelajar SMP Negeri di Magelang, sedangkan Shila siswa kelas 5 SD Negeri di Magelang.

Rautan Pensil Baru Vania
Oleh : Astri Karyani


Vania usia 8 tahun, hari itu wajahnya tampak berbinar karena rautan pensilnya baru. Semangatnya jelas berbeda, ditambah ia telah berhasil mendapatkan kotak pensil beserta rautan yang sangat diinginkannya. 
Saat pulang sekolah, entah kenapa wajah Vania berubah menjadi murung. Ia berjalan pelan, menuju tempat motor ibunya yang menjemput di gerbang sekolah. Dengan suara yang berat Vania pun bercerita pada ibunya.

“Ibu ... maafkan Vania ya, karena rautan pensil baruku hilang tadi di sekolah.”
Ibu Vania menjawab dengan tenang, “Ooh ... begitu, tidak apa-apa. Masih bisa pakai rautan pensil yang lama untuk sementara. Nanti lain waktu bisa beli lagi. Nanti ceritakan sama ibu bagaimana bisa hilang.”

Misteri Sepatu Bola
Oleh : Yulia Dwi Ernawati


Bayu pulang sekolah dengan wajah murung dan langkahnya terlihat gontai. Ia juga tak memberi salam pada ibu yang duduk di dalam rumah. Ibu mengamati wajah Bayu lebih lekat, merasa ada yang sedang dipikirkan anak laki-laki siswa kelas 5 SD itu.
“Kamu kenapa, Bayu? Tumben pulang sekolah dengan wajah murung,” tanya ibu.
Bayu tidak menjawab dan hanya menggeleng, lalu bergegas masuk ke kamarnya. Ibu yang sedang menyiapkan dagangan sate hanya bisa menghela napas. Memberi kesempatan Bayu melepas emosinya. Nanti jika Bayu sudah tenang, akan dicoba menanyakannya lagi. 
“Bayu, ibu pergi jualan sate dulu. Makananmu sudah ada di meja makan, ya,” pamit ibu, selang beberapa saat.


Si Pencuri Permen
Oleh : Ken Lazuardy


“Tujuh belas … delapan belas … dembilan belas.” Suara Cindy yang sedang menghitung jumlah permen buah warna-warni di dalam toples tiba-tiba terhenti.
Cindy, si penyuka permen, terkejut karena jumlah permen di dalam toples tampak berkurang dengan keadaan tutup toples yang terbuka. Gadis yang rambutnya suka dikepang dua ini, baru menyadari ketika akan mengambil permen. Dalam satu hari, dia hanya akan memakan tiga buah permen, begitulah aturan dari mama yang harus ditaati agar tidak makan permen terlalu banyak. Bagaimana mungkin, dalam 3 hari isi toples itu terlihat sangat cepat berkurangnya.



Vany sontak kaget melihat surat pink tanpa nama berada di laci mejanya, apalagi ini surat kelima yang diterima. Mampukah Vany mencari tahu siapa pengirim surat tersebut? Bagaimana kisah teman-teman yang lain? Jojo yang berjuang mencari ayamnya yang hilang, begitu pun Zafina mencari kucing kesayangannya yang tak pulang. Toni mencari pelaku yang membuat benang jahit Ibu Suu menjadi benang kusut. Tasya mencari kotak susunya yang hilang. Luna menyelidiki raibnya si putih, benda kesayangannya. Robi dan kawannya menyelidiki pelaku di balik coretan dinding di parkiran sekolah. Nunu sangat cemas menanti nenek yang tak kunjung pulang. Ke manakah Nunu harus mencari nenek? 

Detektif Cilik merupakan kumpulan cerita anak yang merangsang daya imajinasi anak agar bisa berpikir logis untuk memecahkan masalah atau mencari solusi. Ada 14 cerita pilihan yang akan membawa anak-anak berpetualang mengungkap misteri. Siapkah kamu menjadi detektif cilik dan mengungkap kasus-kasus misteri lainnya? Hilangnya krayon Dimas, hilangnya jam tangan Shila, mengungkap rahasia Moly, menyelidiki hilangnya rautan pensil Vania, dan hilangnya permen Cindy serta memecahkan misteri sepatu bola Bayu.

Bagi yang ingin memesan buku bisa langsung pesan ke nomor 0812-1400-7545 atau langsung klik di PenerbitMJB

Salam Inspirasi




Powered by Blogger.