-->
Menu
/

www.MomsInstitute.com - Buku anak selalu menjadi hal yang dinantikan anak-anak yang gemar membaca dan juga meluangkan waktu dengan mengasah kemampuan merekam jalan cerita lewat buku. Ada Apalagi tema yang diangkat adalah prestasi-prestasi ketika di masa kecil. Jadi ingin tahu ya, bagaimana perjuangan di masa cilik sehingga tetap berkesan dan jadi penyemangat dalam meraih cita-cita. 


Daftar Isi : Antara Sepeda, Tas dan Sepatu, Arina dan Percobaan yang Sederhana, Memenangkan Hati Bapak, Teman Sebangku, Kekalahan yang Membahagiakan, Mantra Ajaib Lisa, Piala yang Tertukar, Sepatu Cantik untuk Mama, Puisi Gin, Balap Karung. 

Mau tahu keseruan cerita dari setiap judulnya, simak di bawah ini ya : 


Antara Sepeda, Tas, dan Sepatu karya Istarocha Khoirurrokhmani


Hai, namaku Saskia Cheryl Permata Hati. Aku lahir di Surabaya tanggal 11 Mei. Saat ini usiaku sebelas tahun. Sekarang masih tercatat sebagai siswa kelas 4 di SD Negeri Tunas Jaya di bawah bimbingan guru kelas yaitu Bu Amel yang baik dan penyabar. 

Hobiku banyak di antaranya menggambar, membaca buku, makan.  Padahal, badanku tetap kurus kerempeng meskipun aku banyak makan. Hehe. 

Hmm ... kata teman-teman sekelasku aku ini suka menolong dan tabah. Seperti Dasa Darma Pramuka, ya? Cita-citaku ingin menjadi arsitek. Kenapa? karena aku suka sekali menggambar. Tidak hanya menggambar keindahan alam tetapi juga menggambar rumah dan gedung-gedung besar beserta isinya. 

Aku mempunyai sahabat dekat bernama Cika. Kami sudah bersahabat sejak kelas satu. Selain itu, rumah kami berdekatan sehingga setiap berangkat dan pulang sekolah kami selalu bersama. Kalau ada PR kami sering mengerjakan bersama dengan bergantian tempatnya. Kadang di rumah Cika dan kadang di rumahku. Cika cenderung pendiam tidak seperti aku yang suka banyak bicara. Cika juga mempunyai hobi yang sama denganku. Sering kami jalan-jalan ke suatu tempat kemudian menggambar sesuatu yang kami lihat. Kami juga saling memberi saran agar besok bisa menggambar lebih bagus lagi. 

Ibuku bernama Sherly. Beliau seorang ibu rumah tangga sekaligus pemilik sebuah warung gorengan yang setiap sore selalu ramai dikunjungi banyak orang. Ibuku adalah ibu yang paling hebat di dunia, tetapi itu menurutku lho. Soalnya, beliau bisa mengurus keluarga sambil mengelola bisnis gorengannya.


Arina dan Percobaan yang Sederhana karya Affina Musliha


“Duh, mau buat percobaan apa ya?”
Arina menggumam sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Gadis berusia 10 tahun itu berniat mengikuti Lomba Percobaan Ilmiah untuk siswa Sekolah Dasar yang diadakan oleh majalah Bumi, majalah ilmu pengetahuan langganan perpustakaan sekolahnya. Batas akhir pengumpulan lomba tinggal beberapa hari lagi, namun Arina masih belum menuliskan apa-apa.
Arina berkeliling rumah dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke dapur. Di dapur ada banyak barang-barang yang menarik, ujar Arina dalam hati. Arina memang menggemari sains sejak kecil. Ia senang mengamati, mengotak-atik hal yang menurutnya unik serta mencari tahu fenomena menarik yang terjadi di sekelilingnya. Dan banyak hal unik itu, ditemuka Arina di dapur. Arina pernah memancing es batu dengan benang dan garam, mengamati pertumbuhan kecambah kacang hijau, sampai menulis pesan rahasia dengan menggunakan tinta lemon. 


Memenangkan Hati Bapak karya Siti Marfungah


“Lomba … lomba! Lomba apa? Bapak bilang, ndak usah ikut yang aneh-aneh. Tugasmu itu sekolah yang bener, biar jadi pinter. Lomba itu nggak bikin kamu pinter,” jawab bapak saat kuajukan keinginanku untuk ikut lomba mendongeng di kabupaten.
Air mata yang sedari tadi kutahan, akhirnya membuncah menganak sungai. Baru kali ini di tempatku diadakan lomba mendongeng. Seperti kata bapak, mendongeng itu tidak ada manfaatnya, sehingga tidak begitu diminati. Namun, kebiasaan ibu membacakan cerita dari buku-buku sebelum aku tidur, membuatku suka sekali dengan cerita. Baik kisah nyata seperti kisah para nabi, maupun dongeng. 
Seperti biasa, ibu memelukku, mengusap punggung dan mencium keningku hangat. Darinya selalu kudapatkan ketenangan ketika keinginanku berseberangan dengan bapak.
“Pak, apa nggak sebaiknya kita kasih kesempatan buat Dinda. Ini akan menjadi pengalaman berharga untuknya,” ujar ibu mencoba merayu bapak.


Teman Sebangku karya Anisah Nurul Khasanah


“Rur, bereskan barang-barang ini, ya! Ibu mau pergi sebentar,” teriak Ibu sambil menenteng tasnya. 
“Iya, Bu. Sebentar lagi. Ruri baru ganti baju,” jawabku dari dalam kamar. Sambil membereskan alat tulis dan tas yang berserakan di ruang keluarga, aku memikirkan hari esok.
***
Kelas 5 sebenarnya hanya berbatas dinding dengan kelas 4. Tetapi, bagi siswa di SD kami, kelas 5 seperti gerbang memasuki dunia yang berbeda. Julukan sebagai siswa yang sudah besar akan menjadi alasan bagi guru-guru untuk menasihati kami. 
Berbagai tugas penting di sekolah juga menjadi tanggungan kami. Seperti, menjadi petugas upacara bendera, wakil berbagai lomba, tak jarang kami menjadi asisten guru saat melatih adik kelas latihan pramuka. 



Kekalahan yang Membahagiakan karya Nandang Wuyung


Pagi ini begitu cerah. Mentari memancarkan cahayanya menghangatkan bumi yang kedinginan, karena semalam turun hujan dengan derasnya. Di dapur sebuah rumah yang tidak begitu megah, tampak disibukkan dengan aktivitas untuk menyiapkan sarapan.
"Bundaa … Kak Nadya lhoo...."
Terdengar sebuah teriakan diiringi derai tawa dengan suara berbeda. 
 "Ada apa, Ali?" tanya Bunda sambil membawa ember kosong. Ember yang dipakai sebagai tempat untuk baju-baju yang telah selesai dicuci, kemudian dijemur oleh bunda di halaman belakang rumah.


Mantra Ajaib Lisa karya Dina Roslaeni


"Ya Allah, semoga aku nggak terpilih!" doa Lisa dalam hati. Jantungnya berdegup kencang menunggu  pengumuman Bu Rani.
"Lisa dan Tita, kalian terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk lomba puisi!" ucap Bu Rani saat pelajaran bahasa Indonesia. 
Muka Lisa mendadak pucat mendengar namanya disebut. Ia belum pernah mengikuti lomba. 
"Lisa dan Tita bisa berlatih puisi bersama-sama, ya!" saran Bu Rani pada kami berdua. Tahun kemarin, Tita sudah pernah mengikuti lomba puisi dan mendapat juara ke 2.
Saat jam istirahat, Lisa mendekati Tita, "Tita, main ke rumah, yuk! Kita latihan puisi bersama." 

Piala Yang Tertukar karya Nefi Faiza


“Saya tidak bisa terima keputusan ini! Ini tidak adil”! teriak Bu Hikmah, guru Bahasa Indonesia yang baru di sekolahku. 
Aku yang menunggu di luar ruangan hanya terbengong menyaksikan para orang tua tampak berbicara dengan keras. Kenapa, ya? Ada apa? Apa yang mereka bicarakan? Aku celingak-celinguk melihat teras kelas sepi. Hhhhh...Aku menunggu dengan bosan. Aku menendang-nendang ujung sepatuku ke lantai. Apa sih yang dibicarakan para orang tua dan guru itu.
 Tadi ada juga satu dua orang tua yang bicara pelan-pelan sambil sesekali menengok pintu yang terbuka sedikit. Ya, dari celah pintu yang terbuka sedikit itu aku mengintip. Tak tahu mereka guru dari sekolah mana, yang jelas bukan guru dari sekolahku.  Lho kok mata ibu guruku yang cantik itu tampak sembab?


Sepatu Cantik untuk Mama karya Puji Nuryati


Suara bel sekolah berdentang panjang tanda jam pelajaran berakhir, siswa kelas lima SD segera bergegas pulang, tidak lupa mereka berdoa terlebih dahulu. 
“Mama, aku hari belajar di luar kelas,” Tiara bercerita sambil membonceng mamanya.
“Ahku mau pulang, di papan ada pengumuman bahwa besok bulan Oktober ada lomba mendongeng,” cerita Tiara tanpa putus.
“Setahu Mama, lomba itu hanya diikuti oleh perwakilan sekolah,” jawab mama sambil memarkirkan sepeda motornya.


Puisi Gin karya Suci Yulianty

Hari pertandingan semakin dekat. Gin semakin tak karuan hatinya. Puisi yang akan dibawakannya pada saat pertandingan tingkat Kelas 5 SD se-Kecamatan nanti belum juga dihafalnya. Kepala Gin rasanya mau pecah, tiap kali bait puisi itu coba dihafalkannya. Perutnya pun seperti tidak bersahabat dengannya. Selalu saja melilit ketika Gin mencoba membaca puisi itu secara lantang. Sepertinya, mama melihat rasa resah Gin di ruang tamu itu. Mama mencoba menenangkannya.



Lomba Balap Karung karya Rachmat Jaya



Aku anak kali Ciliwung. Aku tinggal di sebuah kampung di pinggr kali Ciliwung. Aku dilahirkan di kampung Lebak Pasar namanya. Tepatnya di Kecamatan Pasar Minggu. Aku dan teman-teman sering mandi di kali itu. 
Ketika musim kering, air kali Ciliwung sangat cetek. Dasar kalinya terlihat jelas, batu wadas dan bebatuan kecil kelihatan sekali karena beningnya air kali. Remis yang hidup berwarna kuning coklat mudah sekali di ambil. Kali Ciliwung bagiku adalah tempat bermain yang sangat indah. Di kala air naik dan banjir terjadi, rumah-rumah di tepian kali Ciliwung banyak yang terendam. Bahkan ada juga rumah yang terbuat dari bambu yang terbawa air. Kasihan memang. Kami warga sekitar membantu korban yang rumahnya hilang tergerus air. Membantu membuatkan rumah sederhana seperti tenda sementara. 




Bagi yang ingin memesan buku ini bisa langsung pesan ke nomor 0812-1400-7545 atau langsung klik di PenerbitMJB

Salam Inspirasi 

Powered by Blogger.