www.MomsInstitute.com - Buku kumpulan cerpen anak ini berisi kisah tentang pengalaman masa kecil penulis. Baik yang dialami langsung maupun bersumber pada kisah sahabat serta orang-orang sekitarnya. Pengalaman memang menjadi sesuatu yang sangat berharga. Kisahnya tertuang dalam tulisan-tulisan yang dapat dinikmati dan menjadi kisah yang penuh makna. Semoga menjadi salah satu sarana pembelajaran anak dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupannya.
Salah Sangka
Xunu
Reno gemar sekali memelihara hewan. Pekarangan belakang rumahnya yang tidak begitu luas disulap oleh Reno menjadi seperti kebun binatang mini. Mulai dari ayam kate, kelinci, marmut, burung kutilang, burung dara, hingga hamster.
Peliharaan yang menjadi kesayangan Reno adalah sepasang burung dara putih. Burung dara tersebut sangat jinak sehingga pintu kandang burung dara selalu dibiarkan terbuka. Setiap kali Reno bersiul burung dara tersebut langsung datang menghampirinya.
Siang itu seperti biasanya Reno, Sinta, Ratri, Juwita, dan Doni bermain bersama di pekarangan rumah Reno. Mereka sangat senang bermain sembari memberi makan peliharaan Reno.
“Suit...suit....” siul Reno nyaring.
Lukisan Tasya
Ike
Cerita ini mengisahkan seorang gadis cilik, yang mempunyai hobi melukis sejak kecil. Dia bernama Tasya, sejak TK Tasya mengikuti banyak perlombaan melukis. Banyak piala terpampang di rumahnya yang merupakan penghargaan perlombaan yang pernah dia ikuti.
Tasya belajar melukis dengan ibunya. Sejak kecil ibunya selalu mengajarinya bagimana menggambar dengan baik.
Tasya anak yang pendiam dan tekun berlatih, sebelum dia sekolah Tasya sudah sering menggambar di rumah. Apa yang dia lihat di sekitarnya, Tasya akan mencoba menggambarkan dalam sebuah kertas dan selalu menunjukkan pada ibunya. Ibunya selalu mengomentari gambar-gambar yang dibuatnya.
Saat ini Tasya sudah kelas empat Sekolah Dasar. Dia mempunyai banyak teman karena sering membantu teman-temannya yang ingin belajar melukis.
Teman dan Buku- buku Sakti
Alde
Bela adalah anak yang ramah dan ceria. Kesehariannya ia habiskan dengan bersekolah, membantu orang tuanya, dan bermain. Orang tua Bela begitu perhatian kepadanya karena ia adalah anak semat wayang. Tak satu pun kebutuhan Bela yang tak dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Oleh karena itu, Bela sangat mengandalkan orangtuanya.
Teman-teman sebayanya pun sangat suka bergaul dengannya. Tak terkecuali dengan Saskia, teman satu kelasnya di SD Terang Gemilang. Saskia menjadikan Bela sebagai salah satu sahabat andalannya. Begitu pula Bela, Saskia adalah teman yang cocok dengannya.
Hari itu pada jam terakhir sekolah, tidak seperti biasanya, Bela tampak aneh. Mukanya sedikit pucat. Sesekali ia memegang dada sebelah kirinya sambil mengerutkan dahi. Saskia yang duduk persis di sebelahnya terheran-heran lalu bertanya.
Adnan si Letnan Penyidik
Fransis
“Stop! Berhenti!!!” nafas Adnan berat sekali karena dia berlari. Adnan berpura-pura menjadi anggota POLRI yang akan menumpas kejahatan. Bahkan ayahnya tak bisa mengejarnya, tertinggal jauh di belakang.
“Kalian adalah orang yang tidak baik sama ikan-ikan, maaf saya terpaksa membawa Bapak-bapak ke markas,” Adnan kecil berujar sambil menirukan gaya polisi yang ia cita-citakan dan akhirnya sekarang sudah tercapai.
Ya, Adnan akan menceritakan bagaimana kisah mimpi semasa kecilnya dengan segala petualangannya menjadi indah untuk dikenang.
***
Di tepi Rawa Pening, dulu banyak sekali nelayan ikan air tawar yang mencari ikan di sepanjang bantaran danau. Ketika itu, jam di pergelangan tangan Adnan menunjukkan pukul 10.30.
Celengan Ayam Aisyah
Laa Tansa Kharisma
Hari itu cuaca begitu terik, membuat Aisyah mempercepat ayunan langkah menuju rumah. Aisyah, gadis cilik yang sudah terbiasa berhijab dari usia kecil. Ayah dan bunda yang sangat menyayangi Aisyah. Mereka berusaha mengajarkan anak satu-satunya itu untuk terus belajar agama sejak dini, pantaslah Aisyah tumbuh menjadi anak baik dan penurut. Jika ada orang yang bercanda ingin melepas hijabnya, Aisyah langsung menangis meronta tidak terima, Masya Allah.
Di rumah Aisyah tidak manja, dia terbiasa mengerjakan apa-apa sendiri. Padahal ayah bundanya sudah menyiapkan seorang asisten rumah tangga untuk membantu segala keperluan Aisyah. Meski demikian, hal itu tidak serta merta membuat Aisyah memperlakukan ART dengan semena-mena, justru dia sangat hormat dan menyayanginya.
Raja Gagal Menjaga Rahasia
Nithina
“Nanti habis makan siang aku ke rumahmu ya, Nala. Kita kerjakan tugas dari Bu Lia,” kata Raja saat Bu Lia baru keluar kelas.
Hari ini murid kelas dua diberikan tugas untuk membuat kolase pada kanvas oleh Bu Lia. Raja dan Nala berada dalam satu kelompok untuk tugas itu.
Nala mengangguk sambil mengangkat jempolnya pada Raja, “Sip! Sampai nanti, Ja. Aku duluan, ya!”
Nala berlari ke luar kelas menuju gerbang sekolah. Di sana Papa Nala sudah menunggu dengan motor birunya.
Raja pulang bersama Dito dan Pandu dengan mengayuh sepeda. Mereka selalu pergi dan pulang sekolah bersama sejak kelas satu.
Setelah makan siang, Raja berpamitan dengan Mama untuk pergi ke rumah Nala. Raja membawa satu toples biskuit coklat buatan Mama untuk Nala. Tidak lupa, ia juga membawa peralatan yang dibutuhkan untuk tugas kesenian.
“Aku pergi dulu ya, Ma. Assalamu’alaikum,” pamit Raja sambil mengeluarkan sepeda.
Perkalian
Ratu Rianti
“Raka enggak mau sekolah hari ini!” wajahnya merengut, ia duduk di ujung tempat tidur.
“Raka kenapa enggak mau sekolah?” tanya ibunya.
“Enggak apa-apa,” jawab Raka lirih.
“Kalau enggak apa-apa ya harus sekolah. Katanya Raka mau jadi pilot, kalau mau jadi pilot harus rajin sekolah. Ayo bangun! nanti telat lho ....” ibu terus merayu Raka.
“Enggak mau!” jawabnya ketus, Raka menelungkup.
“Ayo anak salih, kalau begitu bangun salat dulu, ya! Nanti waktunya habis,” ibu muda ini mendekati anaknya.
Sejenak Raka memandang wajah ibunya. Anak kelas lima SD itu dengan malas turun dari tempat tidur, dan segera menuju kamar mandi. Ia lalu menuju ruang salat.
Beberapa menit berlalu, Raka masih diam di tempat salatnya.
Kata Pertama
Dirza V. Kirana
Siang ini, matahari memancar lebih terik. Nyaris membuat keringat bercucuran dan merembes ke seluruh pakaian. Lonceng sekolah sudah berdentang sejak setengah jam yang lalu, namun kawasan sekolah ini masih dipenuhi oleh beberapa siswa kelas VI yang sedang menikmati makan siang sambil asyik bercanda gurau di sepanjang pelataran dan kantin sekolah. Mereka akan mengikuti les tambahan sebelum mengikuti UN beberapa bulan lagi.
Di antara keramaian terlihat seorang gadis kecil yang menyandang ransel berwarna biru langit, sedang duduk di dekat pintu keluar sekolah. Seperti temannya yang lain, ia juga sedang menunggu bunda yang akan datang menjemput. Tiba-tiba pandangannya terhenti pada mobil sedan hitam yang berhenti di depan gerbang sekolah. Jendelanya terbuka, dan terlihat sesosok wajah yang sejak tadi ditunggunya.
Si Jutek Malca
Lina Boegi
Sudah dua hari Malca sakit. Batuk flu membuatnya tidak bisa pergi ke sekolah. Bunda sudah mengirim surat izin kepada ibu wali kelas tiga SD Maospati 2, tempat Malca menuntut ilmu.
"Assalamu'alaikum," terdengar ucapan salam dibarengi suara pintu diketuk. Bunda bergegas membukanya. Terlihat Putri, Dian, Una, Gibran, dan Zahra. Mereka teman sekolah Malca. Karena sudah dua hari absen, pasti teman-teman ingin menjenguk dan melihat bagaimana keadaan Malca.
Rumah pelangi
Aniez
Mentari bersinar dengan hangat. Seakan mengajak bermain di bawah sinar matahari. Di sekeliling Ani bertebaran buku mewarnai yang dihadiahi ibu. Peralatan menulis tersedia dengan lengkap, ada penghapus, pensil warna, pensil. Ani ingin bermain di luar tapi teman-teman lainnya bersekolah. Ia ayunkan kaki ke dapur untuk menemui ibu.
“Bu...Ibu,” panggilnya dengan tidak sabar.
“Ya, Ani! Ada apa terburu-buru?” tanya ibu.
“Aku mau sekolah yah, bolehkan?” tanya Ani.
Gubuk di Pekarangan Rumah Kakek
Dini Haq
Pagi begitu cerah, sinar mentari pagi penuh gairah, suara kokok ayam membangunkan tidur Arfa yang terlelap dibarengi kicau burung yang saling sahut. Gadis kecil berlesung pipit nan energik, tak pernah bangun melampaui pukul 06.00
Ketika Subuh menjelang, Arfa selalu terbangun siap untuk beraktivitas. Segera melepaskan selimut bulu yang melilit di tubuhnya. Teringat hari itu Arfa mendapat giliran piket kelas, dia bergegas bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi.
Dia harus datang lebih pagi karena jika tidak piket, Arfa akan mendapat hukuman baca istighfar 50 kali.
”Ayo berangkat,” gumam Arfa kepada dirinya sendiri.
Tepat pukul 06.00 Arfa sudah minta diantar ke sekolah, suasana rumah sudah dihebohkan dengan tingkah lakunya. Si lesung pipit itu selalu ingin berangkat lebih pagi alasannya kalo terlambat malu dengan teman-teman dan ustadzah.
Prilla Okta
Sepucuk Kebahagiaan Untuk Ragil
Melati mengelus bulu halus berwarna putih bersih, ia betah berlama-lama duduk bersimpuh membelai si Putih yang bermata merah. Si Putih adalah panggilan kesayangan Melati pada kelincinya. Seminggu yang lalu, saat ia dan papanya berjalan-jalan di Car Free Day. Ia melihat penjual kelinci sedang memamerkan beraneka ragam bentuk kelinci yang imut serta lucu.
Melati langsung berlari menuju ke arah bapak penjual kelinci tersebut. Papa hanya tersenyum maklum mengikuti kaki lincah putri kesayangannya menuju tempat si penjual. Riuh rendah suara rengekan gembira anak-anak kecil di sekitar penjual membuat Melati menoleh ke arah papanya seolah meminta persetujuan, supaya membeli salah satu kelinci yang berada di situ.
Keberanian Alina
Novik
Pagi itu Alina bangun dan langsung menuju kamar mandi. Agak lama ia berada di kamar mandi. Entah apa yang dilakukannya selain mandi dan membersihkan diri. Adiknya mulai memanggil Alina karena ingin memakai kamar mandi juga.
“Kak Alina, cepat gantian. Aku sudah kebelet pipis nih!” teriak adik Alina yang bernama Adit.
“Iya sebentar. Kalau sudah selesai, aku pasti keluar. Nggak sabaran banget, sih!” balas Alina.
Gaun Merah Muda Detia
Anyu
Hari ini matahari seolah enggan menyapa bumi. Cuaca mendung dan berkabut namun tidak demikian dengan suasana hati Detia, ia begitu senang dan tidak menyurutkan niatnya untuk berangkat sekolah. Setelah sarapan dan berpakaian seragam lengkap ia pun berpamitan dengan ayah ibunya untuk berangkat sekolah.
“Pak, Ibu, Detia berangkat sekolah, ya!” sambil mencium tangan ibu bapaknya.
“Iya, hati-hati di jalan ya, Nak!” kata Bapak.
“Oke, Pak!” Detia mengiyakan apa yang dikatakan bapak sambil berlari-lari kecil.
Hari ini ia begitu bahagia karena semalam sebelum tidur ibunya akan mengajaknya pergi ke pasar besok. Ibu telah berjanji akan membelikan gaun seperti yang diinginkannya. Detia ingin gaun seperti yang dimiliki Rini. Rini adalah sahabatnya di rumah dan di sekolah.
“Kenapa gaunnya harus seperti Rini?” tanya ibu waktu itu.
“Karena gaunnya bagus, seandainya Detia memakainya juga akan cantik seperti Rini,” jawabnya.
Ibu hanya mengiyakan apa yang diucapkan Detia. “Ya sudah besok kita coba cari di toko baju langganan ibu yah, malam ini kamu tidur dulu karena sudah larut dan besok harus berangkat sekolah pagi-pagi. Ayo berdoa dulu!” ajak ibu .
Gulali
suci
Seperti biasanya ketika hari libur tiba, Fitri selalu bermain bersama teman-temannya. Hari ini juga Fitri sudah berkumpul di rumah Asri. Fitri dan teman-temannya selalu punya rencana baru. Terkadang, rencana mereka berbahaya dan juga tidak izin sama orang tuanya. Padahal bundanya Fitri sudah sering menasihatinya, namun tidak ia gubris.
Sekarang mereka merencanakan untuk membuat gulali. Ya, gulali adalah makanan kesukaan mereka. Rasanya yang manis karena berasal dari gula jawa, selalu membuat mereka ketagihan. Jika di sekolah mereka membeli gulali sama abang-abang yang jualan di sekolah. Tapi hari ini, mereka akan membuatnya sendiri. Kebetulan, di rumah Asri tidak ada ibu. Ayahnya juga sedang keluar kota. Sementara kakaknya menginap di rumah nenek. Jadi mereka merasa aman karena tidak akan ada yang memarahinya.
Judul: Gulali
Penerbit: Mandiri Jaya
Pengarang: Suci Yulianty, dkk
Penyunting, Nisa Yustisia
Tahun: 2019
ISBN: 978-623-7277-00-2
Halaman : 145 halaman
Bagi yang ingin memesan buku ini bisa langsung pesan ke nomor 0812-1400-7545 atau langsung klik di PenerbitMJB
Salam Inspirasi