-->
Menu
/

www.MomsInstitute.com -  Apa yang kamu pikirkan mendengar kata sekolah? Lalu apa juga bayangan tentang sekolah literasi? Apakah perlu dan tidaknya setiap orang untuk mempelajari ilmu literasi untuk diri sendiri khususnya atau berkarya seperti penulis pada umumnya. Buku ini rekomendasi untuk siapapun yang ingin lebih dekat dengan dunia literasi. 


Di buka dengan kata pengantar yang tulus dari penangunga jawab event menulis ini yaitu Mba Prihatini Wahyuningsih. Puji dan syukur ke hadirat Ilahi Robbi, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas karunia dan kesempatan terbitnya buku antologi non fiksi bertema “Sekolah Literasi”. Buku antologi ini merupakan kisah inspiratif dari para penulis dari berbagai profesi yang selalu berusaha belajar meluaskan kapasitas keilmuan dalam bidang literasi.  

Terimakasih kepada para penulis yang telah mengirimkan karya terbaiknya. Semoga semakin semangat dan produktif dalam berkarya. Dan terimakasih diucapkan kepada Mbak Ernawati Lilys selaku Founder Moms Institute yang selalu berbagi ilmu dan kesempatan serta membimbing para penulis menghasilkan karya yang bermanfaat. Semoga menjadi amal jariah yang dirihoi Allah.

Semoga buku ini bermanfaat dan menginspirasi bagi siapapun yang ingin menekuni bidang literasi dan semoga menjadi wasilah kebaikan.

Review Buku Sekolah Literasi 


Goresan perdana di buka dengan apik oleh Mba Ririn, dengan judul Sudut kelas. 

Sudut Kelas  Oleh: Ririn Widiastuti


Sekolah. Apa yang ada di benak kita bila mendengar kata sekolah? Mungkin sebagian besar mengartikan bahwa sekolah adalah tempat anak-anak memakai seragam, membawa tas, serta bersepatu duduk manis di kelas sambil mendengarkan bapak/ibu guru menyampaikan ilmu. Atau suatu tempat untuk menimba ilmu. Namun berdasarkan undang-undang no 2 tahun 1989, sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Oleh karenanya hampir di setiap kota bahkan pelosok negeri pun terdapat sekolah yang menyelenggaran pendidikan bagi anak-anak bangsa. 


Budayakan Literasi keluarga Oleh: Dhian Warastuti Yulianti


Budaya literasi selalu menjadi isu yang hangat dibicarakan. Budaya literasi sangatlah penting bagi bangsa. Kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari budaya literasinya. Kurangnya minat baca menjadi salah satu penyebab rendahnya nilai literasi suatu bangsa. Saat ini membaca belum menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat. Bahkan banyak orang yang tidak tahu bahwa minat baca lebih penting daripada kemampuan baca.

Terkadang ketidaktahuan akan manfaat membaca membuat orang enggan untuk melakukannya. Lantas apa gunanya orang bisa membaca tapi tidak senang membaca. Inilah yang membuat proses membaca mempunyai arti yang berbeda.

Membaca tanpa tahu arti dan manfaat dari yang dibaca sangatlah tidak berguna. Sebaliknya paham arti rangkaian kata dalam kalimat yang kita baca sangatlah berguna.


Hidup Baru Bersama Literasi Oleh : Prihatini Wahyuningsih


Pendidikan literasi dimulai ketika anak memasuki pendidikan sekolah dasar. Kompetensi membaca dan menulis merupakan pembelajaran awal yang harus dicapai. Namun ada pula anak yang mengenal literasi sejak masih balita atau usia prasekolah. Ayah dan Ibu di rumah sudah mulai memperkenalkan anak pada kemampuan literasi sesuai masa perkembangannya. Bahan bacaan seperti picbook, boardbook, dan sejenisnya mulai diperkenalkan Ayah dan Ibu pada anak untuk menstimulasi anak. Dalam kegiatan tersebut, orangtua membacakan cerita dan anak mulai mengenal perbendaharaan kata.

Kegiatan literasi merupakan kegiatan yang sangat menyatu dengan kehidupan sehari-hari.

Pelukan Literasi Oleh: Asri Wening

Dua tahun yang lalu, November 2017 

Tiba-tiba terdengar suara gawaiku berdering. Suaranya menunjukkan bahwa telepon itu berasal dari orang yang dikenal. Kuangkat gawaiku, oh ternyata dari Bagas anakku kelas 2 madrasah tsanawiyah putra. Pondok pesantren tempat anakku menuntut ilmu berada di Kabupaten Garut, berjarak kurang lebih 60 km dari rumahku. Waktu yang ditempuh mencapai 1,5-2 jam, melewati pegunungan dan hutan yang memisahkan Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung. 

Pustakawan, Ahli Yang Terpinggirkan Oleh: Irma Mayra


"Besok kalau sudah besar ingin jadi apa, Nak?” Pertanyaan ini dulu sering muncul untuk kita. Masih ingat kan, saat kita menempuh pendidikan di jenjang Sekolah Dasar. Bapak-Ibu Guru, orangtua, dan kerabat akan menanyakan ini untuk membangkitkan semangat belajar kita. Sekarang, ketika kita beranjak dewasa dan menjadi orangtua, pendidik atau kerabat yang lebih tua. Kita pun akan mengulang pertanyaan yang sama untuk putra-putri, murid, kerabat, bahkan anak-anak di sekitar. Apa jawaban mereka? Beraneka ragam profesi terlontar dari benak lugu mereka. Dokter, guru, hakim, jaksa, perawat, bidan, insinyur, akuntan, pengacara, presiden, gubernur, polisi, dll. 


Menulislah Untuk Dirimu dan Orang Lain Oleh: Nanang Susilo

Menulis bagi sebagian kecil orang sangat mudah, seperti mudahnya membalikkan telapak tangan. Namun bagi kebanyakan orang, menulis merupakan sesuatu yang sangat sulit, ibarat naik ke puncak gunung yang membutuhkan tenaga besar dan persiapan cukup matang. Menulis pun butuh latihan terus menerus, sehingga pada akhirnya akan mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang baik dan dicari banyak orang.

Saya yakin semua orang punya kemampuan menulis, asalkan mau berusaha dan berlatih serta terus belajar. Saya sendiri masih terus belajar agar terbiasa dan bisa menulis. Saat kita punya keinginan menulis, maka kita akan dipertemukan dengan orang yang hobinya menulis. Bukan hanya tentang menulis saja, tentang hal yang lainpun kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang satu frekuensi dengan kita.

Aku Bersama Literasi untuk Negeri Oleh: Iyas Firdaus


Ingin Maju, Tapi Tak Mau Membaca

Aku lahir, hidup, dan mungkin akan mati di sini. Di negeri yang bernama Indonesia. Aku saat ini tinggal di Indonesia, dan apakah kamu juga sama sedang berada di Indonesia saat ini? Bila iya, syukurlah. Kita berada di negeri yang indah tanpa cela pesona alamnya. Indonesia, seperti yang kita ketahui bersama, adalah negeri berkembang yang tak henti berambisi menjadi maju. Kiblat atau tolak ukurnya pun tak tanggung-tanggung (khususnya di kawasan Asia) adalah Jepang, China, Korea, dan Singapura.

Indonesia begitu berambisi untuk mengimbangi bahkan ingin mengalahkan negeri-negeri tersebut dalam segala bidang. 

Pentingnya Literasi Diajarkan Sejak Dini Oleh: Meri Yuliani, S.Pd


Berangkat dari keseharian penulis sebagai seorang guru sebuah sekolah dasar di Batam, maka terbersit keinginan penulis untuk membagi keresahan hati kepada para pembaca sekalian melalui tulisan ini.

Penulis lebih banyak mengajar di kelas tinggi, yaitu kelas 4, 5 dan 6. Seringkali penulis temukan 40% dari jumlah siswa di kelas mengalami kesulitan dalam menulis. Dari tulisan yang tidak rapi sehingga sulit dibaca, pemakaian huruf besar dan huruf kecil yang tidak pada tempatnya, sampai penggunaan tanda baca yang salah.



Tentang Buku :

Judul : Sekolah Literasi 
Penulis : Prihatini Wahyuningsih,dkk
Penerbit : Mandiri Jaya 
Tahun terbit : 2019 
ISBN :  978-602-0799-83-4


Bagi yang ingin memesan buku ini bisa langsung pesan ke nomor 0812-1400-7545 atau langsung klik di PenerbitMJB


Salam Inspirasi 

Powered by Blogger.