-->
Menu
/

www.MomsInstitute.com - Menjadi penulis memang membutuhkan energi, bukan hanya sekedar niat. Menapaki jalan literasi dengan memulai belajar teknik kepenulisan, mulai menulis hal yang disukai sampai hal yang dikuasai. Menulis memang seharusnya kebutuhan seseorang. Memiliki ilmu dan jabatan yang tinggi, namun tak menulis maka tak akan ada yang mengenalmu. Namun bagi seorang penulis, ketika karya itu terbit, ia baru saja membuat namanya abadi dalam karyanya. 


Berikut ini tulisan-tulisan inspiratif yang membuat siapapun yang membacanya, mampu belajar, juga memetik hikmah sehingga benih literasi tumbuh dihati setiap insani. Sehingga energi untuk menulis tak akan pernah mati, menulislah terus untuk Negeri. 

Energy Of Writing


Jalanku Menuju Dunia Literasi
Karya: Ira Mutiara


Wah, dua buku antologiku dengan tema cerita legenda dan guru kehidupan sedang dalam proses penerbitan! Memang bukan buku solo, tetapi untukku yang baru berkecimpung di dunia literasi, rasanya senang sekali. Inilah proses yang harus dijalani untuk bisa berkibar di dunia literasi. 
Sekarang, aku masih menyelesaikan beberapa naskah antologi dan artikel pajak untuk salah satu majalah pajak nasional. Selain itu, aku memberanikan diri menjadi penanggung jawab penulisan buku antologi. Ya, inilah kiprahku di dunia literasi yang baru seumur jagung.

Sadar Literasi
Karya: Ninin Suryani


“Jadi penulis itu nggak ada uangnya, perputarannya lama.  Mendingan jadi pembicara yang duitnya besar, waktunya cuma sebentar. Kamu sudah baik, jika menyampaikan materi. Seandainya aku kelebihan job, biar kamu yang handle, ya.” Sang kawan berkata dengan berapi-api. 
Ternyata menjadi penulis sebegitu tidak ada harganya bagi seorang pebisnis. Mereka menilai bahwa uang harus bergerak dengan cepat dan banyak. Di mana ketika ruang lingkup yang ada berbicara tentang fisik uang yang menjadi tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan. Tidak ada yang salah dengan memiliki banyak harta, tetapi terasa melelahkan ketika standarisasinya terus meningkat dari waktu ke waktu. Bisa-bisa terjebak pada perilaku hedonic treadmill.


The Power of Support Team
Karya: Satiya Kurniawati



Menulis. Apa yang ada di pikiran kita jika mendengar kata menulis? Salah satu keterampilan berbahasa. Mungkin ada yang menjawab begitu. Pertanyaan yang sama jika ditanyakan pada saya, maka jawabannya adalah menulis itu sulit sekali. Baru mendengar saja membuat saya pusing apalagi disuruh menulis. Kenapa? Karena menulis bukan hanya sekadar menyalin kata-kata dan kalimat, melainkan juga mengembangkan sekaligus menuangkan ide pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Adapun kendala yang dihadapi adalah kesulitan merangkai kalimat demi kalimat menjadi sebuah tulisan yang bermakna. Menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisan serta menuangkannya dalam ragam bahasa tulis. 

Curhat
Karya: Nur Rahadian Sari



      Menulis itu seperti CURHAT.  Sebuah kalimat yang jika dibaca sepintas, kebanyakan orang akan mengiakan meskipun tidak paham benar apa maksudnya. Namun, jika direnungkan dengan sungguh-sungguh, maka pernyataan itu sangat-sangat benar sekali, apalagi jika diamati dari sudut pandang sekaligus pengalamanku sendiri.
      Menulis itu seperti Curhat (dengan C besar sebagai tanda bahwa curhat adalah sebagai pokok pikiran yang penting dalam kalimat). Ini berarti, menulis adalah suatu kegiatan yang umumnya dipahami hanya melibatkan tangan dan pikiran penulisnya, tanpa aktivitas tubuh lain. 

  

Titik Balik Menulis
Karya: Anti Riyanti, S.Pt


“Ma, coba lihat ini gambarnya bagus, ‘kan?” Seorang anak berusia 11 tahun menyodorkan sebuah gambar lengkap dengan ilustrasi dan percakapan.
“Ini gambarnya? Wah … bagus sekali gambarnya.”
“Gambarku bagus nggak Ma?” Seorang anak perempuan lainnya juga menunjukkan gambar dan percakapan seperti sebuah komik.
“Alhamdulillah … anak mama udah bisa bikin cerita.”
Aku dan suami memang lebih senang membelikan buku daripada mainan. Sebisa mungkin kusisihkan uang untuk membeli buku setiap bulannya. Selain itu, aku pun berlangganan majalah Bobo untuk memfasilitasi anak belajar membaca cerita. Karena bagiku dengan kita menyediakan buku bacaan di rumah dan membiasakan anak-anak membaca, itu dapat membantu mereka dalam literasi.

Lima Rahasia Pengusaha Sukses
Karya: Rudi Hermansyah



A. Mindset Pengusaha
Terjun ke dunia bisnis tentu bukanlah hal yang mudah. Selain karena butuh perjuangan keras agar bisa menjadi sukses, sebagai pengusaha pendapatan yang tidak tetap juga membayangi seseorang yang ingin melangkah menjadi seorang pengusaha. Belum lagi jika saat ini Anda sedang berada di zona nyaman, menjadi seorang pegawai dengan fasilitas yang memadai.
Tak terbayang jika Anda ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses, tetapi tidak memiliki pola pikir atau mindset yang benar, maka usaha yang Anda rintis lambat laut akan bangkrut. Sebaliknya, jika mindset Anda benar dalam berbisnis, maka perlahan tetapi pasti bisnis yang Anda bangun akan semakin berkembang.


Belajar dari Sahabat
Karya: Nurwijayanti



“Inspirasi pagi.” Suamiku menceletuk sembari memakai sepatu saat akan berangkat kerja.
“Apa? Apa sih, Mas?” tanyaku bingung.
Suamiku menoleh dan berkata lagi, “Judul tulisanmu. Katanya minta dibantu cari judul.”
Seketika aku diam dan berpikir, kemudian tertawa setelah mendengar jawabannya. Aku sempat berpikir dia sedang berbicara tentang acara talk show di salah satu TV swasta. Idenya ada-ada saja, pikirku saat itu.



Kisah Awal Menulis
Karya: Syiera Fitri Liandini


Azan Isya berkumandang, saatnya umat muslim melaksanakan kewajibannya. Begitu pun aku, berjalan menuju kamar mandi untuk berwudu kemudian langsung bersujud kepada Sang Pencipta. Setelah selesai salat, aku mengambil laptop dan menyalakannya. Sambil menunggu laptop menyala, aku mengemas buku pelajaran yang akan dibawa ke sekolah besok. Beruntungnya, tak ada PR. Jadi malam ini bisa bersantai.


Perjalanan
Karya: Istinganatul Khairiyah



Jarum jam terus bergerak, melangkah ke depan sesuai alur putarnya. Tak pernah sekalipun ia berbalik arah kembali ke belakang. Begitu pun waktu yang tak pernah kembali. Ada rasa penyesalan dalam dada mengapa tak sejak dulu aku belajar parenting? Maka anakku tak akan menjadi korban kemarahan. Nereka akan menjadi anak paling bahagia karena memiliki ibu yang bahagia dan tak pernah marah. 
Kuputuskan bergabung dengan komunitas ibu profesional. Hanya satu tujuan kala itu, aku ingin menjadi ibu yang baik bagi anak dan berharap semoga berefek pada status amarah hingga di titik zero. Berawal di kelas matriks, setiap minggu berganti tema, berganti pula homework-nya. Berlanjut kelas Bunda Sayang, setiap bulan materi dan tantangannya juga berbeda. Laporan tantangan tersebut wajib ditulis dan di-share di media sosial, di antaranya Facebook, Instagram ataupun blog. 


Terima Kasih Facebook
Karya: Indria Diah Nurul Aini



Suara alarm dari ponsel berdering. Sebisa mungkin aku mencoba membuka mata yang masih begitu berat untuk terbuka. Sambil mengumpulkan ingatan-ingatan dalam otak untuk apa bangun sepagi ini. Oh iya, semalam berniat bangun pukul 02.00, tekad baja sudah bulat ingin menyelesaikan tagihan laporan dana BOS.
Kringg …!
Lagi-lagi  bunyi alarm yang sama mengagetkanku.
Astagfirullah, aku tertidur lagi, bisikku dalam hati, merasa tak konsisten pada niat semula. 


Mama Sang Inspirasi
Karya: Esterina Nurjanti



Cerita ini sudah lama ingin saya tuliskan. Mengenang kisah mama yang sungguh luar biasa menguatkan banyak orang di sekitar dan menjadi sumber inspirasi. Ini juga salah satu alasan dan kekuatan untuk menulis. Kisah ini berawal ketika mama menderita sakit kanker tulang belakang. 
Awalnya yang menjadi penyebab sakit kanker tulang belakang mama itu sepele. Tahun 2004, saat akan berangkat ke gereja, tiba-tiba mama terpeleset dengan posisi duduk dan tepat mengenai tulang ekornya. Satu minggu setelahnya, mama mengalami sakit pada tulang belakang dan dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Wates. Saat itu dokter mengatakan kalau mama mengalami saraf terjepit dan hanya diberi obat jalan, tidak harus opname. 

 Harapan itu Selalu Ada


Berawal dari keinginan menuliskan sepenggal kisah hidup saya, mungkin bisa menginspirasi beberapa pasangan rumah tangga yang mengalami hal serupa. Bagi saya, awalnya menulis itu sesuatu yang teramat susah. Akan tetapi, saya tergerak untuk mencoba berbagi pengalaman yang dialami sendiri melalui buah karya tulisan ini. 

Terapi Diabetes
Karya: Nikmatul Istikhomah



Apa? Saya belum lulus tes kesehatan? gumanku dalam hati. 
Benar benar seperti sebuah bom atom yang meledak tanpa alarm peringatan. Seperti ada tamparan begitu keras pada pipi. Perih layaknya tangan yang teriris pisau. Panas merasuk sampai tulang ibarat tersiram air mendidih.
Aku kaget luar biasa membaca hasil tes kesehatan hari itu. Memang beberapa bulan terakhir, kondisi tubuhku gampang lelah, letih, da lesu. Namun, rasanya tak menyangka jika kadar gula mencapai 293 yang artinya, aku mengidap diabetes. Tidak terlintas dipikiran sama sekali. Usiaku masih belum genap 28 tahun, baru menikah, baru mendapat pekerjaan tetap. Akan tetapi, kini divonis mengidap penyakit yang begitu jauh dari bayangan. Hal yang kulakukan hanya diam dan duduk di kursi ruang tunggu RSUD Dr. Zyn  bersama 73 teman-teman GGD (Guru Garis Depan) yang ditempatkan di Kabupaten Sampang.


Mimpi yang Berbalas
Karya: Rif’atunnisa


Risha, gadis kecil berusia sepuluh tahun sedang asyik mengayuh sepeda kuning berkeranjang dengan corak biru miliknya. Minggu pagi merupakan rutinitasnya untuk pergi ke miniswalayan di pinggir jalan besar. Sudah dua tahun terakhir, Risha selalu rajin menyisihkan uang jajannya setiap hari agar bisa menabung untuk membeli majalah kesukaannya, yaitu Majalah Bobo. Sebuah majalah anak yang sangat ia gemari beberapa tahun terakhir. Sebuah majalah yang cukup menyita perhatiannya sebagai seorang anak kecil.
Perjalanan dengan hati riang, rupanya membuat jarak kurang lebih 2 kilometer seakan tak berarti. Bukannya merasa lelah, Risha justru semringah ketika sudah sampai di miniswalayan. Rupanya, akhir pekan membuat miniswalayan terlihat ramai oleh pengunjung. Tanpa berlama-lama, ia segera berjalan ke arah etalase buku-buku dan majalah. Mata bulat itu berbinar-binar acap kali melihat majalah kesayangannya terbit dengan edisi terbaru. Sayangnya, rak-rak buku itu membuat dirinya nyaman. Ah, senangnya melihat buku-buku berjejer rapi pada tempatnya.


Kenapa Menulis?
Karya: Rini Retnowati


“Energi apa yang membuat kamu mulai menulis?”
Sebuah pertanyaan yang cukup membingungkan untuk saya jawab, karena keinginan menulis itu lahir dengan sendirinya.  Awalnya, saya menulis untuk mengeluarkan segala rasa di hati. Pada saat kesedihan melanda, saya menulis. Pada saat merasa kecewa akan suatu hal, saya menulis. 
Apa pun unek-unek yang ada di dalam hati, otomatis langsung ingin saya keluarkan lewat menulis. Karena bagi saya, dengan menuliskannya kita bisa segera melepaskan energi negatif yang sedang muncul akibat perasaan sedih dan kecewa. Tentu saja perasaan-perasaan itu tidak kita butuhkan dan berbahaya bila terus dipendam. Terkadang menulis juga menjadi teman saya pada saat kesepian.

Nekat yang Bikin Nagih
Karya: Yulia EP


Hidup kita pasti selalu banyak cerita, apalagi ketika kita duduk di bangku sekolah dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pastinya banyak hal yang kita sukai dan tidak. Berbicara mengenai hal yang tidak disukai, saya dari SD tidak suka pelajaran bahasa Indonesia. 
Mengapa demikian? Bahasa Indonesia terlihat mudah ketika dibaca, tetapi banyak aspek yang ada di dalamnya. Salah satunya yaitu menulis. Nah … karena dalam pelajaran bahasa Indonesia ada menulis, jadi saya tidak suka.

Aku dan Jenius Writing
Karya: Yuriz is Nawaitu Bismillah



"Allah, hari ini kelas perdanaku dimulai, tetapi aku nggak bisa hadir. Tolong aku, Ya Allah ....” Aku mengeluh sendiri. Diam-diam menyelinap ke kamar mandi, membuka ponsel yang ada di saku celana. 
Pandanganku langsung tertuju ke grup 'JW ONLINE 43' kece badai yang ada di Whatsapp. Ratusan notifikasi belum terbuka. Satu per satu pandanganku menyapu chat tersebut.
Terlihat notifikasi dari sang guru besar padepokan JW. Beliau mengingatkan, jika kelas akan dimulai 20 menit lagi.


Tulisanku, Curahan Hatiku
Karya: Prastuti Kartika Sari


Ketika ditanya, “Apa yang membuatku suka menulis?” 
Aku sebenarnya tidak yakin dengan jawaban sendiri. Awalnya hanya menduga jika menulis itu adalah kegiatan yang semua orang bisa melakukannya. Namun, setelah usia bertambah, aku baru menyadari, bahwa tidak semua orang suka menulis. Tidak semua orang tertarik menuangkan sesuatu di atas kertas. 
Hal itu membuatku berpikir tentang apa arti menulis itu sendiri. Berusaha memahami mengapa tidak semua orang suka menulis. Lama-lama aku sedikit menyadari, bahwa tulisan hanya bisa dipahami jika kita membacanya dan tidak semua orang suka membaca. Hanya orang-orang tertentu yang mau menyisihkan sebagian waktunya terpekur memandangi barisan huruf, tenggelam dalam kata-kata, dan berenang melewati alam bawah sadar. 

Putaran Waktu
Karya: Agnes Kartika Yudiantari


“Membaca memang kesenanganku, tetapi tidak dengan menulis.
Seolah dunia berputar terbalik, membuatku berada pada dimensi yang berbeda 
dan itulah awal mula aku menulis”

Tahun 1979, aku terlahir dari keluarga yang sangat mengutamakan pendidikan. Bahkan orang tua yang notabene adalah orang berpengaruh di kotaku. Sebetulnya tidak memiliki harta benda, berarti termasuk rumah yang bisa diandalkan. Namun, untuk urusan pendidikan, segala kebutuhan anak-anak akan sangat tercukupi. Salah satunya adalah berlangganan majalah dan berkat itulah sampai saat ini aku biasa membaca buku.
Kebiasaan membaca memang sudah mendarah daging dalam diri. Aku senang membaca. Apa saja kubaca. Padahal dulunya aku termasuk kategori anak yang telat membaca. Sampai-sampai kalau ada soal ulangan atau tes, hanya tulisan “cacing” yang bisa kutulis.  Namun, kalau jawabannya lisan, aku jago menjawabnya. 

Hidupku yang Penuh Perjuangan
Karya: Enny Masfiah


Tepatnya tahun 2015, di mana hidupku sangat terpuruk. April 2015, suamiku divonis dokter mengidap batu ureter. Sakit batu ginjal yang sudah masuk di saluran kencing. Saat itu, suami dan aku sedang tidak bekerja. Tabungan sudah terkuras untuk berobat di Rumah Sakit Betesda dan Rumah Sakit Panti Rapih. Sisa tabunganku hanya tinggal Rp1.200.000,00. Padahal aku harus memberikan gizi yang cukup untuk anak yang masih berumur satu setengah tahun. Entah dari mana harus mendapatkan biaya pengobatan dan operasi suamiku. 

Ada dan Bermakna
Karya: Priwahyuningsih



Energi apa yang mampu mendorongmu untuk menulis?
Setiap orang mempunyai alasan ataupun motivasi untuk menulis, baik tulisan genre fiksi maupun nonfiksi. Tulisan dalam bentuk artikel maupun buku. Tulisan yang diterbitkan di media cetak, media online ataupun buku. Sasaran tulisan pun berbeda-beda. Oleh karena itu, energi atau motivasi untuk menulis mungkin saja berbeda-beda.
Kegiatan menulis melibatkan berbagai komponen dalam diri manusia. Komponen yang bersifat jasmani maupun rohani. Salah satu komponen utama menulis adalah energi karena mampu mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan menulis.  
Abin (2003:37) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy); atau suatu keadaan yang kompleks  (a complex state) dan kesiapsediaan (prepatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.  Motivasi  timbul dan tumbuh berkembang melalui (a) datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik); dan (b) datang dari lingkungan (ekstrinsik).


Mengapa Aku Menulis?
Karya: Dewi Mafita Sari


Bagiku, menikah adalah sebuah transformasi. Dari yang sebelumnya bekerja di sebuah lembaga, tiba-tiba saja harus berkutat dengan urusan rumah tangga dan segala hiruk pikuknya. Aku yang terbiasa berurusan dengan pulpen dan kertas, mau tidak mau harus berkenalan dengan bumbu dapur yang selama ini amat sangat jarang disentuh.
Belum selesai dengan segala hal baru di dunia rumah tangga, ada sebagian orang entah dari luar maupun keluarga yang melontarkan aneka pertanyaan seputar pekerjaanku.
“Sekarang kesibukannya apa?”
“Sayang banget sekolah tinggi-tinggi kalau cuma jadi ibu rumah tangga.”
“Nggak nyoba kerja lagi?”
Juga, segala bentuk pertanyaan serupa lainnya. Well, itu bukanlah pertanyaan memojokkan atau menyindir. Itu hanyalah bentuk perhatian dan kepedulian padaku. Rasanya tidak hanya aku yang mendapat pertanyaan seperti itu. Di luar sana masih banyak yang diberondong pertanyaan, kapan menikah, sudah hamil belum, dan lainnya. 
Maka, menulis adalah jawabanku untuk memenuhi pertanyaan itu. Karena menulis adalah pekerjaan yang bisa dikerjakan sambil memperhatikan keluarga di rumah. Ya, meski di rumah sudah ada yang bantu-bantu, tetap saja urusan anak dan suami tetap ada di tangan seorang istri. Menulis adalah caraku berekspresi. Terlebih suami mendukung agar aku menjadi penulis.

***

Energy of Writing merupakan kisah inspiratif penulis dalam mendapatkan kekuatan dan kemampuan menulis. Energi yang telah mendorong penulis untuk menghasilkan karya dalam bentuk tulisan yang bergizi. Energi yang berasal dari dalam diri sendiri maupun karena pengaruh lingkungan, seperti orang tua, sahabat, komunitas, ataupun kedinasan. Sehingga mampu menorehkan karya yang gemilang.

Dengan berbagai latar belakang profesi, minat, dan bakat, mampu mengantarkan penulis menghasilkan karya yang bermanfaat. Hal ini ditujukan untuk pengembangan diri dan semoga bermanfaat bagi siapa pun yang ingin mengembangkan potensinya.

Buku ini menjadi menarik karena berisi berbagai kisah inspiratif energy of writing dari berbagai sudut pandang dan latar belakang beberapa penulisnya.




Tentang Buku :
Judul Buku : Energy Of Writing 
Penulis : Prihatini Wahyuningsih, dkk
Penerbit : Mandiri Jaya 
Tahun terbit : 2019

Bagi yang ingin memesan buku ini bisa langsung pesan ke nomor 0812-1400-7545 atau langsung klik di PenerbitMJB

Salam Inspirasi 

Powered by Blogger.