-->
Menu
/

www.momsinstitute.com -  Ibu dengan perjuangan mempertaruhkan nyawa pada saat melahirkan anak-anaknya. Sakit, luka dan keadaan yang mengikuti perasaan seorang ibu bisa membuatnya setegar karang agar anaknya mampu hidup dengan bahagia bersamanya. Melindungi dengan doa-doa yang tiada bertepi untuk semua anaknya.

Persembahan cinta untuk sosok ibu pahlawan keluarga yang begitu berjasa. Walau sosok ayah juga sangat berjasa dalam memberikan tanggung jawab. Tema ibu menjadi pilihan kelas fiksi ini.

Semoga kisah tentang ibu ini membuat kita belajar untuk mencintai ibu-ibu kita di seluruh dunia. Hormati ibu di mana pun Anda berpijak. Karena dari ibulah kekuatan cinta itu mengalir dan tumbuh dengan perasaan yang bahagia. 

Ibu, ibu, ibu, suka dukamu, lika-likumu, serta senyum dan airmata mu semoga membuat kami anak-anakmu selalu menjagamu dan mencintaimu,menyebut namanu dalam setiap doa.

Judul Buku : Muara Cinta Ibu
Jumlah Halaman : 184 halaman
Penerbit : Mecca Publishing 


Sebagian isi buku : 

HINGGA UJUNG NYAWA
Oleh Risnatt

Suara papa memaksaku mengalihkan pandang dari jendela. Bibirku terbuka sedikit, ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya aku memilih diam. 
“Bagaimana, Din?” papa menatapku lekat. “Kalau Dinda tidak nyaman pergi sendiri, papa akan temani!” Aku menarik napas dan bangkit dari duduk.

“Pa, tidak bisakah bicara di telepon saja? Atau video call, lebih gampangkan?” kutatap mata papa dengan pandangan penuh permohonan.  
“Dinda tidak punya banyak waktu . Minggu ini harus melengkapi berkas ke kedutaan, lalu berkas-berkas dari kampus belum semua terpenuhi. Dinda benar-benar sibuk!” Aku menggeleng, memohon pengertian papa.

Aku dapat bea siswa meneruskan pendidikan S2 ke London. Segalanya belum lengkap, padahal bulan depan harus sudah berangkat. Sekarang papa malah  memintaku  menemui mama di Medan.
“Hanya dua tiga hari saja, Din. Dinda sekalian pamit ke mama . Dinda akan lama di London, setahun sekali belum tentu pulang, mungkin lebih baik Dinda pamit langsung ke mama.” Papa menepuk bahuku lembut, membujuk.

“Dinda sudah tidak bersua mama selama tiga belas tahun, Pa, dan segalanya baik-baik saja kok,” aku coba bertahan.
Papa menatapku sambil mengangguk kecil. Tidak ada kata yang terucap, tapi aku tahu, papa ingin aku melaksanakan perintah beliau.
**

Tiga belas tahun , akhirnya aku kembali ke Medan.   Tiga belas tahun juga usiaku kala aku meninggalkan kota kelahiranku ini. Hanya sebulan setelah mama dan papa memutuskan untuk bercerai, memilih jalan hidup masing-masing, setelah lima belas tahun membina rumah tangga dan mempunyau dua anak. Aku dan Doni, adikku.
Pertengkaran memang jadi menu sehari-hari mama dan papa di rumah. Aku tidak pernah tahu apa masalahnya. Waktu itu aku masih belum mengerti permasalahan orang dewasa.  Belakangan memang aku tahu kalau pertengkaran mama dan papa karena papa tidak ingin mama bekerja, sedang mama tetap ingin meneruskan karir. Kompromi dan komunikasi tidak menemukan titik temu , akhirnya mama dan papa memutuskan untuk berpisah.

Balada Jamur 
Oleh: Zuzana

Wanita kurus dengan perawakan sendu. Emak Abuh namanya, orang-orang disekitarnya memanggilnya Emak Abuh karna anak tertuanya bernama Muhammad Abuh. Dia memiliki seorang Suami dan empat orang anak. Suatu hari dipinggiran jalan tempat ia menunggu angkutan umum karna aki motornya soak pagi itu akhirnya ia naik angkutan umum, tak seorang pun yang menyadari hal ini, kecuali sang Ibu rumah tangga yang kebetulan setiap pagi melewati tempat tersebut. Suami Emak Abuh seorang satpam disebuah pabrik, didekat pemberhentian itu. Emak Abuh mencatat penemuan yang menakjubkan, dipinggiran jalan bertanah tandus dan retak-retak karna beberapa hari tak kunjung hujan, dibawah pohon itu tampak gumpalan-gumpalan tanah yang disana-sini mengembang tunas-tunas kecil berbentuk bundar didalamnya. Emak Abuh membungkuk mengikat tali sepatu bututnya dan mengamati lebih teliti.  

Jamur, benar-benar bakal jamur yang tengah berkembang, tampak dunia kelabu dan duka yang mengelilingi tampak menjadi ramah dengan kekayaan tersembunyi dibenaknya. Bahwa kehidupan masih dapat diharapkan sesuatu disamping bayaran perjam yang sesuai perjanjian, nafkah keluarga, tagihan-tagihan lainya, biaya sekolah anak serta biaya hidup lainnya.


Puisi -puisi :

Sebuah Rindu Akan Dekapan Ibu
Oleh : LynTya

Rintik hujan mulai membumi
Membawa memori mengawang – awang
Melukiskan kenangan kala jarak tak memisahkan
Rindu datang menyergapku
Mengharapkan engkau mendekapku
Dengan kasih dan sayangmu
Cinta tulusmu selalu terjaga dalam sukmamu,
Kecemasanmu adalah hal terindah
Yang mampu membuat tenang hati dan jiwaku
Meski segala problema terus mendera

Bagi yang ingin memesan buku ini bisa langsung pesan ke nomor 0812-1400-7545 atau langsung klik di PenerbitMJB


Salam Inspirasi

Powered by Blogger.